Mengamati sebuah bahasa tulis yang sedang
bertumbuh laksana sebutir padi ternyata sangat mengasyikkan, paling kurang dari
sudut pandang seorang penikmat atau pemerhati bahasa. Bila Anda merasa tertarik
untuk mengamati dan menyaksikan proses berkembangnya sebuah bahasa resmi yang
baru, menurut hemat penulis, inilah saat yang paling tepat dan sebaiknya tak
dilewatkan begitu saja, karena di ujung timur wilayah Indonesia, tepatnya di
Timor-Leste, sedang berkembang bahasa Tetun (biasanya dieja Tetum dalam
beberapa sumber asing).
Bahasa Tetun, bahasa Austronesia yang paling luas digunakan di Timor-Leste,
kini menjadi salah satu bahasa terkemuka di negara tersebut sejak ditetapkan
secara resmi dalam konstitusi negara baru ini. Walau secara de
jure usianya masih sangat muda, secara de facto, bahasa
ini telah lama memainkan peranan yang amat penting di negeri tersebut sebagai
bahasa pengantar di antara penutur bahasa-bahasa yang berbeda. Karena itu,
dapat dipahami apabila di kemudian hari bahasa ini ditetapkan sebagai bahasa
resmi.
Bahasa ini digunakan (pada umumnya secara lisan) di
tiga wilayah terpisah: 1) sebuah bentangan wilayah dari Selat Ombai hingga Laut
Timor dan dipisahkan oleh batas wilayah Timor Timur dan Timor Barat (wilayah
berbahasa Tetun Belu) dan termasuk Atapupu dan Atambua (di wilayah Timor
Barat), Balibo, Fatumean, Fohoren dan Suai (di wilayah Timor Timur); 2) daerah
pantai selatan sekitar Alas, Luca dan Viqueque dan termasuk dua kerajaan tua
Samoro dan Soibada (yang berbahasa Tetun Terik); 3) Kota Dili dan sekitarnya
(Tetun Prasa).
Beberapa sumber dan bukti historis menyebutkan bahwa
bahasa Tetun Prasa merupakan bentuk simplifikasi dari bentuk yang telah ada
sebelumnya. Sejak orang-orang Portugis tiba di Dili, setelah meninggalkan Lifau
(yang berbahasa Dawan/Baikenu/Uab Meto) di bawah pimpinan Antonio Jose Telles
de Menzes pada malam 11 Agustus 1769 untuk menghindari ancaman orang-orang
Topass (Portugis Hitam) di sana, bentuk simplifikasi inilah yang dijadikan
bahasa pengantar dalam kegiatan perdagangan dan pergaulan di wilayah timur
Pulau Timor ini. Disebutkan pula bahwa sejumlah misionaris Katolik telah
menggunakannya sebagai bahasa pengantar dalam tugas pengabaran Injil
(Evangelisasi). Semenjak tidak digunakannya lagi bahasa Portugis sebagai bahasa
liturgis (sekitar tahun 1980), bahasa Tetun mengambil alih posisi ini.
Dikatakan bahwa telah ada berbagai upaya penerjemahan ke bahasa Tetun sejak
dahulu kala, terutama untuk keperluan ibadat Katolik.
Berbeda dari bahasa Tetun Belu – dialek bahasa Tetun yang digunakan di
Kabupaten Belu, NTT – yang memiliki banyak kata pungutan dari bahasa Indonesia,
bahasa Tetun Prasa memiliki sangat banyak kata pungutan dari bahasa Portugis.
Misalnya: merkadu dari mercado(pasar); livru dari livro (buku); komunikasaun dari comunicação(komunikasi); nasaun dari nação (bangsa),
dll. Bahkan struktur bahasanya pun sudah dipengaruhi oleh bahasa Eropa
tersebut. Konon, ini merupakan hasil upaya Portugis untuk menyebarluaskan
bahasanya pada paro kedua abad ke-19.
Sebelum kehadiran República Democrática de Timor-Leste/Republik
Demokratik Timor-Leste (RDTL), terutama ketika wilayah ini masih menjadi salah
satu provinsi Indonesia, status bahasa Tetun Prasa sebagai bahasa metropolitan
telah memberi kebanggaan tersendiri bagi mereka yang menggunakannya. Hal ini
barangkali menjadi salah satu faktor yang menyebabkan bahasa ini menyebar
relatif cepat ke berbagai pelosok Rai Timór Lorosa’e (sebutan
lain untuk Timor-Leste). Tidak sedikit orang yang menggunakannya dalam berbagai
situasi kehidupan sehari-hari di samping bahasa daerah mereka sendiri dan
bahasa Indonesia. Di dalam masyarakat multibahasa seperti di Timor-Leste,
bilingualisme dan multilingualisme boleh dipandang sebagai hal yang lumrah.
Bahasa Tetun termasuk bahasa yang relatif mudah dipelajari, khususnya bagi
orang Indonesia, karena alasan-alasan umum berikut ini:
- Struktur bahasa sangat mirip dengan yang dimiliki bahasa Indonesia. Misalnya:
- Ha’u hakerek surat ida ba ha’u-nia doben = Saya menulis (sepucuk) surat untuk kekasih saya.
- Ami lakohi sa’e kuda ho labarik sira = Kami tidak mau menunggang kuda dengan anak-anak.
- Tansá mak imi la mai sedu? = Mengapa kalian tidak datang lebih awal?
- Tidak adanya tenses yang “ketat”, seperti dalam bahasa Inggris dan bahasa-bahasa Eropa yang lain. “Waktu” dalam kalimat ditunjukkan dengan kata keterangan waktu dan kata kerja bantu. Misalnya:
- Horisehik sira estuda inglés = Tadi malam mereka belajar bahasa Inggris.
- Agora nia joga bola = Sekarang dia sedang bermain bola.
- Aban ami sei bá (iha) univeridade = Besok kami akan pergi ke universitas.
- Bainaka sira hemu tiha ona = Para tamu sudah minum.
- Jumlah imbuhannya sedikit dan mudah dihafal. Misalnya:
- Sira toba ona = Mereka sudah tidur. Nia seidauk hatoba bebé = Ia belum menidurkan bayi.
- Sé mak sunu uma ida-ne’e? = Siapa yang membakar rumah ini?Uma ida-ne’ebá la naksunu = Rumah itu tidak terbakar.
- Nia sura loron no kalan = Ia menghitung siang dan malam. Ó-niasasurak sala = Perhitunganmu salah.
- Keta halo ami susar = Jangan buat kami susah. Hadi’a lai ó-niahahalok = Perbaikilah perbuatanmu. Nia mak mahalok loos = Dia adalah pembuat yang sesungguhnya.
Karena alasan-alasan di atas, kebanyakan orang luar
yang pernah bermukim di Timor-Leste bisa – paling kurang secara pasif –
mengerti bahasa ini. Seorang asing/pendatang baru yang cepat beradaptasi dengan
budaya lokal, misalnya dengan rajin menghadiri misa dalam bahasa Tetun (bagi
yang beragama Katolik), gemar berdansa dan menyukai musik Tetun, atau turut
dalam aktivitas sosial lainnya, akan segera mahir berbahasa Tetun. Bagi
seseorang di luar RDTL, media internet dapat mempermudah usahanya untuk belajar
bahasa tersebut. Penutur bahasa Tetun yang cukup banyak di Indonesia pada
umumnya senang bila diajak bercakap-cakap dalam bahasa mereka. Dan kemungkinan
tidak sedikit pula warga Indonesia non-Timor-Leste yang pernah bermukim di
Timor-Leste dapat berbahasa Tetun.
Berdasarkan pengamatan penulis terhadap berbagai sumber media siber, dapat
dikatakan bahwa bahasa Tetun di Timor-Leste berkembang pesat. Hal ini dapat
dibuktikan dengan kian bertambahnya jumlah kosa kata baru – terutama dari
bahasa Portugis – yang diadopsi ke dalam bahasa Tetun dari waktu ke waktu,
terlebih setelah berdirinya negara baru Timor-Leste.
Dialek
Perlu kita melihat beberapa dialek bahasa Tetun. Cliff Moris (sebagaimana
tercantum pada sebuah situs internet) telah mengelompokkan dialek-dialek
tersebut ke dalam kategori berikut:
- Tetun Loos (Tetun Murni/Tulen)
Dialek ini digunakan oleh para
penutur di sekitar Soibada dan Kerajaan Samoro serta di sepanjang pesisir
antara Alas dan Luca.
- Tetun Terik
Digunakan di wilayah baratlaut dan timurlaut Timor Timur dan Timor Barat.
Dialek ini sangat dekat dengan Tetun Belu.
- Tetun Belu
Digunakan di wilayah baratdaya Timor Timur dan juga tenggara Timor Barat.
- Tetun Prasa/Tetun Dili
Adalah dialek yang digunakan
di Dili, berstatus dialek metropolitan, bersifat lebih sederhana dalam
strukturnya serta diperkaya dengan kosakata dari bahasa Portugis – yang
jumlahnya semakin banyak – dan bahasa Tetun Terik. Dialek inilah kemudian
berkembang dan distandardisasi menjadi bahasa resmi.
Ejaan
Hingga saat ini banyak tulisan yang menggunakan ejaan yang berbeda-beda
walaupun telah ada ejaan baku (ortografia patronizada) bahasa Tetun,
sebagaimana yang tertera pada Matadalan Ortográfiku ba Lia-Tetun dan
sumber-sumber resmi lain yang diterbitkan Instituto Nacional de
Linguística, lembaga kebahasaan resmi yang bertanggung jawab penuh atas
pengembangan bahasa Tetun di Timor-Leste. Dan untuk menghindari kebingungan
pengucapan dan penulisan, kami mencoba menolong para pembaca dengan
petunjuk-petunjuk berikut:
- Bunyi vokal panjang pada setiap kata Tetun akan ditandai dengan vokal rangkap aa, ee, ii, uu, atau oo. Misalnya aas(tinggi), bee (air), liis (bawang), nuu (kelapa), atau nonook(diam).
- Tekanan/aksen vokal pada setiap kata Tetun (baik asli maupun serapan) akan ditandai dengan aksen akut: á, é, í, ú, atau ó. Misalnya manán (menang), nasionál (nasional),portugés (bahasa Portugis), abó (kakek/nenek), dll.
- Bunyi hamzah (perpindahan dua vokal, baik yang sejenis maupun tidak) pada setiap kata Tetun, akan ditandai dengan penempatan apostrof (’). Misalnya to’os (kebun/ladang), di’ak(baik/sehat), ta’uk (takut), dll.
Berdasarkan pengamatan penulis terhadap sebagian besar kata serapan (dari bahasa
Portugis) dan nonserapan pada sumber-sumber pustaka yang ada, dapat disimpulkan
kaidah umum berikut ini:
- Huruf c y diganti dengan hur ang diikuti huruf a, u, atau o, serta huruf q pada setiap kata Portugis yang diserap uf k. Misalnya condição >> kondisaun (kondisi); qualidade >>kualidade (kualitas).
- Huruf c yang diikuti huruf e atau i, serta huruf ç pada setiap kata Portugis yang diserap diganti dengan huruf s. Misalnyacenso >> sensu (sensus); educação >> edukasaun(pendidikan).
- Huruf g yang diikuti huruf e atau i pada setiap kata Portugis yang diserap diganti dengan huruf j. Misalnya geral >> jerál(umum); ginástica >> jinástika (senam).
- Huruf h pada awal kata hilang pada kata serapan. Misalnyahospital >> ospitál (rumah sakit).
- Huruf –o pada akhir kata digantikan dengan huruf –u. Misalnyacaso >> kazu (kasus).
- Huruf rangkap ch diganti dengan huruf x. Misalnya chefe >> xefe (kepala/bos).
- Huruf s di antara dua vokal diganti dengan huruf z. Misalnyapresidente >> prezidente (presiden).
- Huruf vokal rangkap –ão pada setiap kata Portugis yang diserap diganti dengan –aun. Misalnya condição >>kondisaun.
- Akhiran –ismo menjadi –izmu. Misalnya terrorismo >>terrorizmu (terorisme).
- Kata benda serapan dengan akhiran –u, –ór pada umumnya berpasangan dengan kata sifat dengan akhiran –u, atau –ór bila diikuti kata sifat yang berjenis kelamin. Misalnyakompostu kímiku = senyawa kimia; profesór eméritu = profesor emeritus; grupu ameasadór = kelompok yang mengancam.
- Kata benda serapan dengan akhiran –a, –ora, –aun, –dade pada umumnya berpasangan dengan kata sifat dengan akhiran –a, atau –ora, bila diikuti kata sifat yang berjenis kelamin. Misalnya Igreja Katólika = Gereja Katolik; enerjia pozitiva = energi positif; peskizadora sientífika = peneliti ilmiah; aspirasaun polítika; fasilidade públika = fasilitas umum; profesora konservadora = guru wanita yang konservatif.
- Berkaitan dengan kedua butir di atas, kata benda yang ‘asli’ (nonserapan) Tetun umumnya berpasangan dengan kata sifat dengan akhiran –u. Misalnya liafuan poétiku sira = kata-kata puitis; hanoin lójiku = pikiran yang logis; buat komplikadu = hal yang ruwet.
- Semua kata benda serapan dapat diikuti kata-kata sifat nonserapan. Misalnya problema boot = masalah besar; esplikasaun badak = penjelasan singkat; nasaun hakmatek = bangsa yang tenteram; literatura rai-na’in = sastra pribumi.
- Semua kata benda nonserapan dan serapan dapat diikuti semua kata sifat non’jenis kelamin’ (bukan –u, –a, –ór, atau –ora). Misalnya orgaun importante = organ penting; ema pesimista = orang yang pesimistis; moris sosiál = kehidupan sosial; komunikasaun orál = komunikasi lisan; parte vitál = bagian vital; hahalok simples = sikap yang sederhana; hahán prinsipál = makanan pokok; lian nasionál = bahasa nasional.
- Sejumlah kata sifat serapan yang berjenis kelamin dapat mengikuti kata benda nonserapan. Misalnya mane garridu = laki-laki genit; feto garrida = perempuan genit; mane bonitu = laki-laki tampan; feto bonita = perempuan cantik.
- Sejumlah kata sifat yang dengan akhiran –ór (yang dibentuk dari kata kerja serapan atau nonserapan dan akiran –ór) dapat mengikuti semua subjek, baik maskulin maupun feminin. Misalnya feto-raan gastadór = gadis pemboros; feto koaliadór = perempuan yang ceriwis; mane sisidór = pria yang banyak menuntut; katuas serbisudór = lelaki tua yang suka bekerja keras; ferik rezadór sira = para perempuan tua yang rajin berdoa.
Status
Sesuai dengan pasal 13 ayat 1 dan 2 Konstitusi RDTL tentang bahasa resmi
dan bahasa nasional, yang berbunyi: 1. Repúblika Demokrátika
Timór-Leste nia lian ofisiál maka Tetun no Portugés (Bahasa-bahasa
resmi Republik Demokratik Timor-Leste adalah bahasa Tetun dan Portugis);
2. Estadu valoriza no dezenvolve Tetun no lian nasionál sira seluk (Negara
menghargai dan mengembangkan bahasa Tetun dan bahasa-bahasa nasional lainnya),
bahasa Tetun berstatus sebagai bahasa ko-resmi (dengan bahasa Portugis) dan
bahasa nasional (bersama-sama dengan bahasa-bahasa nasional lainnya).
Penggunaan
Menurut sumber-sumber elektronik (siber), dalam masa perkembangannya,
ketika bahasa Tetun belum mampu memenuhi fungsinya pada bidang-bidang kehidupan
tertentu, ia ditopang oleh bahasa Portugis sebagai ko-bahasa resmi. Namun,
upaya-upaya demi pemaksimalan fungsinya terus-menerus dilakukan. Kiranya kita
dapat memaklumi panjangnya waktu yang dibutuhkan sebuah bahasa untuk dapat
secara maksimal memenuhi kebutuhan para penuturnya. Bahasa lahir dari
masyarakat penuturnya dan akan didewasakan oleh masyarakat itu pula. Kini,
laksana sesosok bayi bahasa tulis, bahasa Tetun membutuhkan bimbingan dan
tuntutan dalam perjalanan panjangnya. Diperlukan pula kesabaran dan rasa bangga
yang tak pudar untuk mengantarnya ke masa depan.
Dewasa ini bahasa Tetun seakan-akan bukan bahasa asing di Indonesia karena
terdapat cukup banyak warga negara kita – khususnya yang berasal dari
Timor-Leste – yang menggunakannya sebagai bahasa ibu, atau bahasa kedua. Di
Timor bagian barat, misalnya, kehadiran bahasa ini mulai terasa sejak
kedatangan saudara-saudari dari ex Provinsi Timor Timur. Jadi, disadari atau
tidak, pada saat ini bahasa Tetun juga sedang berkembang di Indonesia, di
antara bahasa-bahasa lain yang tersebar di seluruh Nusantara.
0 komentar:
Posting Komentar